HOTEL INDONESIA, RIWAYATMU KINI

November 02, 2017 0 Comments


Ini adalah tentang Hotel Indonesia. Bangunan bersejarah yang pernah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Hotel Indonesia adalah icon penting kota Jakarta, ibu kota RI. Hotel Indonesia adalah sejarah itu sendiri. Sejarah mencatat, dialah hotel bintang lima yang dibangun untuk pertama kali di Indonesia, Sekaligus yang pertama di Asia Tenggara. Penggagasnya? Siapa lagi kalau bukan Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Seperti halnya ketika ia membangun Sariah Dept. Store, maka proyek Hotel Indonesia pun tak sepi dari kritik sebagian elemen masyarakat yang menuding sebagai proyek mercusuar. Bung Karno terus melangkah dengan tegar. Bahkan terhadap proyek HI Bung Karno mengobarkan slogan ‘A dramatic Symbol of Free Nations Working Together’ bagi proyek pembangunan Hotel Indonesia itu dan hotel termegah di Asia Tenggara itu pun diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 5 Agustus 1962.
Di atas lahan seluas 25.082 meter persegi. Hotel Indonesia dibangun dalam rangka menyambut even olahraga besar, Asian Games IV yang digelar di Jakarta tahun 1962. Hotel megah itu dimanfaatkan untuk menampung para tamu negara dan para atlet mancanegara yang bertanding. Sejak saat itu kepopuleran Hotel Indonesia tersebar ke penjuru dunia dan dengan sendirinya mengangkat nama Indonesia itu sendiri ke pentas dunia.
Hotel Indonesia dirancang oleh arsitek asal Denmark, Abel Sorensen dan istrinya, Wendy. Desain pembangunan seperti huruf T sehinngga seluruh kamar menampilkan pemandangan luas Ibu Kota. Bagian hotel yang pertama kali dibangun adalah Ramayana Wing dan Ganesha Wing.
Tak hanya bersejarah, Hotel Indonesia juga menyimpan benda-benda seni bernilai tinggi. Lihat saja, saat memasuki halaman depan hotel para tamu akan disambut patung Dewi Sri karya pematung kenamaan, Trubus.

Sementara itu, di dinding sebelah kanan depan lobi utama terlihat sebuah relief pahat yang menggambarkan kehidupan rakyat Bali. Ini karya Sanggar Sela Binangu di bawah koordinasi Rarijadi S yang dibantu 52 rekannya. Beberapa karya patung dan mozaik pun menghiasi beberapa tempat di dalam hotel.
Dalam perjalananya Hotel Indonesia beberapa kali mengalami renovasi. Terakhir pada 2007 lalu setelah pengelolaan hotel bersejarah itu berpindah ke swasta di bawah pengelolaan jaringan Kempinski, yang berpengalaman mengelola hotel-hotel tua di Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Asia. Jatuhnya hotel bersejarah ke tangan swasta inilah yang kemudian menuai protes para pecinta cagar budaya. Apa hendak dkata, HI yang dulu bukan HI yang sekarang. Kita hanya bisa berharap spirit Bung Karno tetap hadir di sana. Kita berharap kebesaran sejarah HI tetap bertahan di tengah gempuran zaman.


Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments: